Apersijatim.or.id – Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan pengguna internet tercepat di dunia. Riset yang dilakukan oleh Google dan Temasek, untuk periode 2015-2020, proyeksi pertumbuhan rerata tahunan (CAGR) Indonesia adalah 19 persen. (Sumber: katadata.co.id)
Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). (Sumber: Kompas.com)
Hal ini adalah fakta yang harus dicermati pengusaha, termasuk para pengembang. Sudah menjadi kelaziman, bahwa selama ini pengembang menggunakan brosur, pamflet, spanduk, banner dan bermacam tool marketing konvensional lainnya sebagai ujung tombak marketing.
Jika kita sedikit meluangkan waktu untuk mengamati infografis di atas, terlihat bahwa jumlah pengguna internet rentang usia 25-34 tahun sebesar 24,4% atau 32,3 juta jiwa, sedangkan pada rentang usia 35-44 tahun sebesar 29,2% atau sebesar 38,7 juta jiwa. Penggabungan dua rentang umur ini yaitu 25-44 tahun merupakan prospek calon pembeli rumah yang sangat potensial, dengan total 53,6% atau berjumlah 71 juta jiwa. Ya, Anda tidak salah baca “Tujuh puluh satu juta” ini adalah hasil survey dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
“Tujuh Puluh Satu Juta” orang berusia 25-44 tahun itu ada di internet, orang Indonesia rata-rata menghabiskan 5,5 jam setiap harinya dengan gadget-nya (sumber: kompas.com). Mereka adalah generasi zaman now, segmen market perumahan saat ini sudah menjadi milik generasi milenial. Sementara generasi zaman old yang dulu membeli rumah setelah membaca selebaran brosur yang diterima saat lampu merah di traffic light sudah pensiun menimang cucunya.
Data penting untuk diketahui oleh pengusaha, termasuk pengembang adalah data perilaku calon pembeli ketika akan berbelanja. Data ini dapat digunakan sebagai panduan untuk mengatur strategi pemasaran apa yang pas di era globalisasi ini. Sebanyak 14% menonton video secara online tentang barang yang akan dibeli sebelum membelinya, 60% melakukan penelitian ulasan online terlebih dahulu menggunakan mesin pencari (search engine), 51% membandingkan spesifikasi produk dan harga secara online sebelum membeli. 28% ingin membeli karena mengetahui produk tersebut via iklan online, 25% menelusuri media sosial sebelum membeli, dan 38% melakukan penelitian di mesin pencari Google sebelum membeli produk.
Jadi masihkah mengandalkan brosur untuk memasarkan property di era internet sekarang ini?